Ini adalah hari pertama di tahun 2009 ketika aku mulai menulis kembali. Ada kebahagiaan yang memuncak ketika aku mengetahui bahwa aku telah melewati tahun 2008 dengan penuh kejutan. Aku teringat ketika aku menulis catatan harian ini di awal tahun 2008. Ketika itu, aku masih dalam kondisi yang amat jatuh. Setelah kegagalan menjadi jurnalis di Suara USU yang begitu mengguncang hatiku, ditambah dengan anjloknya prestasi belajarku yang ditandai dengan merosotnya indeks prestasi kumulatif. Semuanya membuat aku begitu lunglai menghadapi dunia. Beruntung Tuhan masih berbaik hati. Melalui sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi, aku seperti mendapatkan kembali kekuatan dalam menjalani hidup. Aku mendapatkan kembali hidup dan cita-cita awalku. Semuanya itu membuat aku kembali bersemangat menjalani hari-hariku kembali.
Dan Tuhan kembali memperlihatkan keajaiban yang tak ada seorang pun dapat menerkanya. Entah apa yang membuat aku begitu tertarik dengan selebaran kecil perekrutan anggota baru klub debat Bahasa Inggris yang bernama USU Society for Debating. Tapi itulah membuat aku percaya akan rahasia kehidupan. Selebaran kecil itu telah mengubah perjalanan hidupku. Melalui seleksi yang begitu mengherankan bagiku, aku terpilih untuk masuk ke dalam team debat yang akan diberangkatkan ke Universitas Negeri Padang. Keterkejutan ini begitu indah bagiku. Pertama kalinya dalam hidupku aku merasa begitu berharga. Pertama kalinya dalam hidupku aku akhirnya dapat pergi ke luar kota dengan menumpang pesawat. Pertama kalinya dalam hidupku aku merasa bahwa aku bukanlah orang yang gagal. Aku hanyalah salah tempat di Suara USU.
Dan keajaiban itu terus berlanjut. Sehabis dari Padang, aku lalu berangkat ke Semarang untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Lagi-lagi keajaiban membawaku untuk pertama kalinya ke sebuah perhelatan akbar berskala nasional. Tangisku hampir pecah. Begitu besar kasih-Mu Tuhan atas hidupku yang tidak berharga ini. Dalam usia yang masih muda ini, aku telah menjejakkan kakiku ke dataran Jawa, dimana para mahasiswa unggulan berkumpul. Menggugah kesadaranku, mengobarkan semangatku untuk berbuat lebih baik lagi. Terlepas dari begitu banyaknya kerikil tajam yang terkadang menusuk telapak kaki, aku terus berjalan dengan yakin.
Dan setelah itu, hidupku dipenuhi dengan kompetisi-kompetisi. Semuanya membarikan sebuah pengertian bahwa masih banyak hal yang harus kuperbaiki. Dan itu terus kulakukan. Ditengah-tengah kelelahan, kebosanan, dan ketegangan, aku terus berjalan. Semuanya memberikan pemahaman bahwa seorang manusia adalah seonggok makhluk yang telah mencicipi nikmatnya duri yang menacap di kaki, yang telah mampu menikmati setiap titik peluh yang jatuh dan menikmati setiap ketegangan yang mungkin terjadi dalam rangka menunjukkan eksistensi diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar